Tulisan Mengenai Pariwisata Minang

Friday, August 04, 2006

PENELITIAN Peningkatan Daya Saing Ekonomi Indonesia : Studi Kasus Industri Pariwisata (Kajian Makro)

LIPI
Koordinator : Zarmawis Ismail.
Anggota Peneliti :
Dr. Ir. Carunia M.H. Firdausy, M, Drs. Suhadak, Drs. Darwin, M.Sc, Ir. Ernany Dwi Astuty, M.Si., Ir. Endang Tjitroresmi

Abstrak

Laporan penelitian berjudul “Peningkatan Daya Saing Ekonomi Indonesia: Studi Kasus Industri Pariwisata (Kajian Makro)”, secara umum bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan dan kondisi daya saing industri pariwisata di daerah provinsi yang dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pengembangan dan peningkatan daya saing industri pariwisata baik di daerah, antardaerah maupun pada tingkat nasional. Secara spesifik penelitian dimaksudkan untuk: (1) menganalisis perkembangan industri partiwisata di masing-masing daerah provinsi yang diteliti, meliputi perkembangan daerah tujuan wisata, jumlah kunjungan wisatawan, sarana pendukung pariwisata, dan lainnya, (2) mengnalisis faktor-faktor pendorong perkembangan daya saing induistri pariwisata, (3) mengkaji masalah peningkatan daya saing industri pariwisata, (4) mengkaji kebijakan dan strategi peningkatan daya saing pariwisata, dan (5) memberikan suatu rekomendasi peningkatan daya saing pariwisata baik antardaerah, nasional, maupun pada tingkat internasional.
Dari temuan lapangan (data sekunder, wawancara dengan narasumber, dan pengamatan langsung di lapangan), dan dengan menggunakan pendekatan ekonomi, sosial, dan kebijakan menunjukkan bahwa meskipun indeks daya saing harga, industri pariwisata daerah penelitian menempati posisi yang relatif baik dibandingkan dengan negara-negara ASEAN atau negara-negara Eropa dan Amerika lainnya, namun price competitiveness tidak sama dengan cost competitiveness. Kondisi ini menyebabkan perkembangan daya saing industri pariwisata di enam daerah penelitian yakni Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jawa tengah, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara masih jauh dari yang diharapkan. Atau dengan lain perkataan daya saing industri pariwisata di masing-masing daerah tersebut masih relatif rendah. Rendahnya daya saing pariwisata ini disebabkan selain belum optimalnya pengadaan dan pengelolaan faktor-faktor pendukung yang meliputi obyek dan daya tarik wisata, pemasaran dan promosi, transportasi, telekomunikasi dan informasi, akomodasi dan restoran, cenderamata beserta kondisi lingkungan, juga masih rendahnya minat investor dalam menanamkan modalnya di sektor pariwisata, di samping terlalu kompleks tanggung jawab pemerintah sebagai fasilitator dan regulator dalam pengembangan pariwisata yang cendrung kontra produktif sehingga hasilnya tidak optimal dan tidak tepat sasaran.
Dalam upaya peningkatan daya saing industri pariwisata di masing-masing daerah, penting dirumuskan upaya-upaya untuk mendapatkan kondisi biaya yang rendah dalam pengembangan usaha pariwisata. Karena harga jasa pariwisata adalah sebuah bentuk komunikasi, di mana ia merupakan hasil dialog yang mencerminkan seberapa tinggi manfaat atau nilai yang akan dibayar wisatawan. Selain itu untuk mengatasi kompleksitas industri pariwisata, setiap daerah perlu membentuk suatu institusi (badan) yang bertanggung jawab penuh pada pengembangan dan peningkatan daya saing pariwisata yang independen, di mana anggarannya didukung oleh pemerintah.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home